TULUSNYA NIAT
Konon, dua orang lelaki berkunjung kepada Syaikh Abdullah bin Abu Bakr al-Idrus. Seorang dari mereka memiliki niat tulus untuk bertemu orang shalih dan mengharap berkah dari beliau. Sedangkan lelaki yang lainnya bermaksud mencari makanan dari beliau.
Ketika mereka sampai di depan pintu rumah Syaikh, mereka segera mengetuknya. Mendengar ketukan tersebut, Syaikh tak segera membukanya. Beliau justru menyuruh pelayannya untuk menemui kedua lelaki tersebut. Untuk lelaki yang datang dengan niat mencari makan, Syaikh menyuruh pelayan untuk memberikan makan kepadanya dan menyuruhnya untuk segera pergi. Sedangkan untuk lelaki yang punya niat tulus, Syaikh menyuruh pelayan untuk mempersilahkan masuk dan bertemu dengan Syaikh.
***
Dalam kisah lain disebutkan, seorang lelaki berjalan melewati sebuah tembok yang sering disinggahi orang untuk sekedar beristirahat. Lelaki tersebut lantas memasang paku di tembok, dengan niat menyediakan tempat untuk meletakkan sesuatu. Ia bermaksud memberikan kemudahan bagi sesama. Di lain waktu, seorang lelaki lain berjalan melewati dekat tembok tersebut. Melihat ada paku tertancap, ia lantas mencopotnya. Terbersit dalam hatinya: “Jangan sampai ada orang yang celaka karena paku ini.”
Dari kisah ini, ulama menyimpulkan bahwa kedua lelaki tersebut mendapatkan pahala, karena keduanya memiliki niat baik dalam tindakan mereka. Namun, lelaki yang mencopot paku lebih utama. Hal ini karena sesuai dengan kaidah yang menyebutkan bahwa menghindari keburukan lebih diutamakan dari pada mencari kebaikan.
##dikutip dari Buletin Aswaja NU Edisi 6##